Minggu, 05 Juni 2011

Trichodina sp pada ikan mas koi


PENDAHULUAN
Dalam budidaya perikanan, kewaspadaan terhadap penyakit perlu sekali mendapat perhatian utama. Ikan yang terserang dapat mengakibatkan penurunan produksi budidaya, bahkan dapat menimbulkan kematian ikan. Penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh agen infeksi seperti parasit, bakteri, dan virus, agen non infeksi seperti kualitas pakan yang jelek, maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang bagi kehidupan ikan. Timbulnya serangan penyakit merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan, dan organisme atau agen penyebab penyakit (Afrianto, E & Liviawaty, E., 1992). Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah, akhirnya agen penyakit mudah masuk kedalam tubuh dan menimbulkan penyakit.
Serangan parasit (ektoparasit) pada pemeliharaan atau bidudaya ikan perlu diwaspadai. Benih parasit (ektoparasit) dapat masuk ke dalam perairan kolam karena terbawa air, tumbuhan dan dapat pula karena bersama-sama benda-benda atau binatang yang masuk ke dalam kolam (Moller and Anders, 1989). Demikian juga dapat terbawa binatang renik yang biasa terdapat pada kolam sebagai makanan alami ikan (Bhagawati et aZ.1991). Chandler (1950) menyatakan bahwa, ada tidaknya parasit pada suatu tempat bergantung dari ada tidaknya inang yang sesuai dan lingkungan yang memungkinkan untuk pindah dari inang yang satu ke inang yang lain.
Ektoparasit ikan juga membutuhkan kondisi lingkungan yang men-dukuzasi tersebut dan mempertinggi angka prevalensi selain intensitasnya (Anderson dan Kenedy dalam Black dan Pickering (1998) ). Ektoparasit harus menyesuaikan hidupnya dengan kebiasaan hidup sehari-hari dari inang dan perubahan-perubahan lingkungan luar serta harus toleran terhadap reaksi fisik dari inang (Brotowidjoyo, 1987). Untuk itu dibutuhkan transformasi morfologi, penyesuaian kebiasaan, dan strategi reproduksi yang efektif. Menjalani siklus hidup pada inang yang sangat motil ( pada ikan) dalam lingkungan air yang luas adalah hal yang sulit (Black dan Pickering, 1998). Karena itu umumnya ektoparasit memiliki siklus hidup yang langsung atau tidak membutuhkan adanya inang perantara (Moller dan Anders, 1989). Reproduksi dapat dilakukan secara seksual atau aseksual, dengan pembelahan, penguncupan, spora atau telur. Strategi reproduksi yang biasa dilakukan adalah tingginya angka fekunditas parasit tersebut, sehingga kemungkinan anakannya untuk ber-temu inang yang tepat dan untuk hidup (Widyastuti, 2002).
Serangan parasit pada budidaya ikan tidak saja tergantung dari jenis dan jumlah parasit yang menyerangnya (kelimpahan dan keragaman),tetapijuga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pada saat itu dan daya tubuh ikan (Afrianto dan Liviawaty. 1992).
Salah satu penyakit penting yang disebabkan oleh ektoparasit pada ikan adalah Trichodiniasis. Trichodiniasis merupakan penyakit gatal pada ikan yang disebabkan oleh protozoa Trichodina sp., yang pada umumnya menginfeksi bagian luar seperti kulit, sirip dan ingsang ikan, namun sering pula dijumpai menginfeksi organ dalam seperti saluran kemih dan masuk ke dalam rektum dan kloaka ikan. Sekitar 112 jenis Trichodina sp. telah teridentifikasi dari ikan, namun pada umumnya mengakibatkan masalah yang hampir sama.
















TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Ikan Mas Koki merupakan ikan hias air tawar yang poluler di tengah masyarakat, yang saat ini sedang mendapatkan perhatian pemerintah untuk pengembangan pembudidayaannya.. Sebagai hobi ataupun sebagai sebuah usaha keduanya perlu dilakukan secara serius dan perawatan yang baik. Sebagai Ikan yang termasuk dalam kategori ikan hias, untuk menghasilkan Ikan Mas Koki berkualitas baik harus dipelihara dalam lingkungan yang baik dan makanan yang mengandung nutrisi yang cukup bagi Ikan. Nutrisi makanan yang baik akan mendukung warna, kesehatan dan kualitas anakan yang baik. 
Syarat Lingkungan Hidup Ikan Mas Koki
Gambar 1: Anatomi Ikan Mas Koki
Lingkungan Hidup Ikan Mas Koki adalah akuarium, Bak semen, Kolam, Bak Fiber dan lain-lain, tergantung media yang dipilih untuk membudidayakan ikan mas Koki. Air kolam Mas Koki yang baik adalah air yang selalu terjaga kebersihan dan kondisinya akan menunjang kelangsungan hidup dan keindahan ikan. Air kolam/akuarium ikan mas koki tidak boleh mengandung zat-zat yang berbahaya bagi ikan seperti amoniak yang dihasilkan oleh sisa makanan dan kotoran ikan. Dalam jumlah tertentu amoniak tidak berbahaya bagi ikan mas koki tetapi dalam jumlah banyak akan mengakibatkan kematian pada ikan Mas Koki. Untuk menghilangkan amoniak perlu dilakukan proses filtrasi pada air kolam/akuarium atau mengganti air dalam akuarium/kolam secara periodik.
Oksigen merupakan elemen penting bagi pertumbuhan ikan mas koki. Agar kandungan oksigen yang terlarut dalam air ( Disolved Oksigen) cukup bagi ikan Mas Koki ada beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:
  • Kepadatan kolam tidak boleh melebihi kapasitas, kolam/akuarium yang terlalu penuh sesak akan menyebabkan ikan berebut oksigen dan kotoran semakin banyak sehingga kandungan amoniak semakin banyak pula. Efek lebih lanjut adalah kematian pada ikan.
  • Memberi tambahan aerator pada kolam/akuarium, penambahan aerator sangat penting dalam menambah Disolved Oksigen dalam air. Selain penambahan aerator dalam kolam/akuarim bisa dibuat air terjun dengan pompa air. Air terjun cukup efektif menambah kandungan oksigen.
Timbulnya Parasit
Budidaya ikan yang umumnya dicirikan dengan kepadatan tinggi dan dalam wadah yang terbatas, nutrisi yang kurang memenuhi standar gizi ikan, serta lingkungan budidaya yang mudah mengalami perubahan menjadi jelek akibat input-input produksi yang diberikan, sangat menguntungkan bagi perkembangan patogen dan sebaliknya merugikan bagi inang. Kondisi yang demikian menjadikan ikan stress dan akibatnya memudahkan timbulnya penyakit pada ikan (Hedrick, 1998). Diantara berbagai jenis parasit, patogen golongan protozoa dan metazoa seringkali dijumpai menginfeksi ikan-ikan hias budidaya (Imai, dkk., 2000; Kim, dkk., 2002; Liyanage, 2002).
Setiap parasit memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik dari segi biologi, siklus hidup, patogenisitas maupun dari segi ketahanannya terhadap berbagai bahan kimia. Untuk itu, pengetahuan tentang karakteristik parasit terutama jenis dan tingkat infeksinya sangat penting dalam rangka melakukan pengendalian penyakit secara terpadu. Beberapa jenis parasit tidak akan efektif dengan bahan kimia jenis apapun, sebagai contoh parasit golongan myxosporea, sangat resisten terhadap penggunaan bahan kimia, tetapi dengan melakukan pendekatan untuk menghilangkan inang antara (intermediate host) yang ada pada sistim budidaya akan lebih efektif untuk memberantasnya. Meskipun beberapa langkah pengendalian telah diupayakan dibeberapa negara, namun langkah pengendalian terhadap suatu kasus penyakit sangat tergantung pada kondisi geografis dimana kasus terjadi. Metode yang efektif digunakan di negara lain tidak menjamin akan efektif bila digunakan di tempat lain, sehingga pengembangan metode pengendalian secara efektif dan efisien memerlukan modifikasi dan pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi geografis (Kim, dkk., 2002).
.
MATERI DAN METODE PEMERIKSAAN
Materi Pemeriksaan
Materi yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah ikan mas koki yang didapat dari penjual ikan hias di Seutui, Banda Aceh.
Alat Pemeriksaan
Alat yang digunakan adalah objek glass dan mikroskop.
Metode dan Identifikasi
Metode pengambilan sampil dengan cara kerokan, yaitu dengan mengerok sisik ikan dengan menggunakan object glass dan lendir yang terdapat pada sisik ikan harus terikut dalam kerokan tersebut. Selanjutnya dengan menggunakan mikroskop periksa apakah terdapat parasit atau tidak.







HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pemeriksaan sampel yang diambil dari sisik dan lendir ikan mas koki dan setelah diperiksa di bawah mikroskop terdapat jenis parasit Trichodina sp. Seperti gambar dibawah ini:
  






Gambar 2: Hasil pemeriksaan dibawah mikroskop yaitu Trichodina sp.


Etiologi
            Trichodiniasis merupakan penyakit gatal pada ikan yang disebabkan oleh protozoa Trichodina sp., yang pada umumnya menginfeksi bagian luar seperti kulit, sirip dan ingsang ikan, namun sering pula dijumpai menginfeksi organ dalam seperti saluran kemih dan masuk ke dalam rektum dan kloaka ikan. Sekitar 112 jenis Trichodina sp. telah teridentifikasi dari ikan, namun pada umumnya mengakibatkan masalah yang hampir sama.


Klasifikasi
Klasifikasi Trichodina sp. termasuk dalam jenis parasit Ciliata, yaitu parasit yang bergerak dengan menggunakan bulu-bulu getar (cilia) dan memiliki susunan taksonomi sebagai berikut :
Filum               : Protozoa
Sub filum        : Ciliophora
Kelas               : Ciliata
Ordo                : Peritrichida
Sub ordo         : Mobilina           
Famili              : Trichodinidae
Genus              : Trichodina
Spesies            : Trichodina sp.

Berdasarkan hasil pengamatan lendir dari tubuh ikan lele dengan mikroskop, dapat diidentifikasi parasit Trichodina sp., yang juga dikenal dengan Trichodiniella sp., dapat menyebabkan penyakit Trichodiniasis, yang bisa menyerang kulit ikan maupun insang pada ikan (Anonimus, 2010).
Morfologi
Trichodina sp., merupakan protozoa berbentuk cakram bulat seperti mangkok dengan gigi-gigi yang terdapat di bagian tengah. Sisi-sisi tubuh Trichodina sp., berbentuk cembung. Bagian ini berfungsi sebagai tempat menempel cilia yang berfungsi sebagai pergerakan pada permukaan tubuh inang. Parasit ini memiliki dua bagian yaitu anterior dan posterior yang berbentuk cekung dan berfungsi sebagai alat penempel pada inang. Parasit ini juga memiliki dua inti, yaitu inti besar dan inti kecil, inti kecil yang dimiliki berbentuk bundar menyerupai vakuola dan inti besar berbentuk tepal kuda.
Gambar 3: morfologi Trichodina sp. . (a) Live (arrow) on fin of Murray cod. (b) Live showing fringing cilia (Ci) and denticles (De). (c) Stained showing denticles (De) on posterior end.

Siklus hidup
Siklus hidup trichodina sangat sederhana, dia hanya memiliki 1 host definitif dan tidak memiliki host intermediet. Transmisi Trichodina terjadi melalui kontak langsung dari host yg terinfeksi kepada host yang tidak terinfeksi. Trichodina berkembngbiak dengan cara membelah diri atau binner. Pada saat melakukan pembelahan, dentikel dari sel induk yg menghasilkan sel anak (Anonimus, 2009a).
Host Spesies
Protozoa dari familia ini ditemukan sebagai parasit pada spesies ikan air tawar dan air laut diseluruh dunia. Ikan pelangi dan trout, ikan salmon, coho lebih mudah terkena dibandingkan spesies salmonid lainnya. Ikan muda (berumur setahun atau lebih muda) paling rentan terkenanya. Parasit ini juga mengenai ampibi seperti berudu.
Patogenesis
Trichodina sp. menginfeksi dengan cara menempel di lapisan epitel ikan dengan bantuan ujung membran yang tajam. Setelah menempel, parasit segera berputar-putar sehingga merusak sel-sel di sekitar tempat penempelannya, memakan sel-sel epitel yang hancur dan mengakibatkan iritasi yang serius. Pada lingkungan dengan populasi parasit yang cukup tinggi, umumnya apabila kadar bahan organik cukup tinggi, kondisi ini menjadi lebih berbahaya (Anonimus, 2008).
Gejala klinis
Ikan yang terserang parasit Trichodina sp., akan menjadi lemah dengan warna tubuh yang kusam dan pucat (tidak cerah), produksi lendir yang berlebihan dan nafsu makan ikan turun sehingga ikan menjadi kurus, gerakan lamban, sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada dinding kolam, iritasi, tubuh ikan tampak mengkilat karena produksi lendir yang bertambah dan pada benih ikan sering mengakibatkan sirip rusak atau rontok (Anoniumus, 2009b).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa ektoparasit Trichodina sp., mempunyai peranan yang sangat penting terhadap penurunan daya tahan tubuh ikan dengan rendahnya sistem kekebalan tubuh maka akan terjadinya infeksi sekunder. Kematian umumnya terjadi karena ikan memproduksi lendir secara berlebihan dan akhirnya kelelahan atau bisa juga terjadi akibat terganggunya sistem pertukaran oksigen, karena dinding lamela insang dipenuhi oleh lendir (Moeler, 2010).
Diagnosa :
a. Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang timbul
b. Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.

Gambar 4: Insang ikan yang terinfeksi Trichodina sp

Penularan
Penularan penyakit ini bisa melalui air atau kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi dan penularannya akan didukung oleh rendahnya kualitas air pada wadah tempat ikan dipelihara. Organisme ini berkembangbiak dengan pembelaran binner dimana organisme yang dihasilkan akan kemabali ke inang semula atau mencari inang baru didalam air (Anonimus, 2011).
Terapi
Untuk mengobati ikan yang terserang Trichodiniasis dapat dilakukan dengan merendam ikan dalam larutan formalin 40 ppm selama 24 jam atau 150 -200 ppm selama 15 menit. Biasanya juga menggunakan Malacite green 0,1 gr/m3 selama 24 jam. Secara umum, teknik yang efektif untuk memberantas White Spot juga sangat efektif untuk memberantas Tricodiniasis (Anonimus, 2006).
Pencegahan :
a. Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air >= 29 derajat celcius
b. Mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekwensi pergantian air
c. Ikan yang terserang trichodiniasis dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah.












KESIMPULAN
Trichodiniasis merupakan penyakit gatal pada ikan yang disebabkan oleh protozoa Trichodina sp., yang pada umumnya menginfeksi bagian luar seperti kulit, sirip dan ingsang ikan, namun sering pula dijumpai menginfeksi organ dalam seperti saluran kemih dan masuk ke dalam rektum dan kloaka ikan.













DAFTAR KEPUSTAKAAN
  Afrianto, E dan Liviawati, E. Ir 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Anonimus, 2006. Hama dan Penyakit Ikan .http://www.crayonpedia.org

Anonimus, 2008. Trichodina sp.  http://zakkizainun.blogspot.com

Anonimus, 2009a. Trichodina. http://en.wikipedia.org/wiki

Anonimus, 2009b. Penyakit Ikan. http://indiejeans.wordpress.com

Anonimus, 2010. Info Umum Penyakit Trichodina pada Ikan.http://www.caraternakikan.com


Anonimus, 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Penyakit Ikan Budidaya Laut. http://www.iptek.net.id/ind.

Bhagawati, D. Petrus, H. T., Siti R. 1991. Mengenal Ektoparasit Penyebab Penyakit pada Ikan Kolam Rakyat di Desa Beji Purwokerto. Karya-karya Ilmiah (Tidak dipublikasikan). Fakultas Biologi UNSOED. Purwokerto.

Black, K. D. Dan A. D., Pickering. 1998. Biology of Farmed Fish. CRC Press, Canada.

Brotowidjoyo, 1987. Parasit dan Parasistime. Media Sarana Press, Jakarta.
Hedrick, R. P. 1998. Relationship of the host, pathogen and environment: Implication for diseases of cultured and wild fish population. Journal of Aquatic Animal Health, 10, 107 – 111.

Imai, S., S. Tsurimaki, E. Goto, K. Wakita dan K. Hatai. 2000. Tetrahymena infection in guppy, Poecilia reticulata. Fish Pathology, 35, 2, 67-72.

Kim J.H., Hayward, C.J., Joh, S.J. dan Heo, G.J. 2002. Parasitic infections in live freshwater tropical fishes imported to Korea. Dis Aquat Organ 22, 52, 169-73Moller, H and K. Anders, 1986. Diseases and Parasites of Marine Fishes. Verlag Moller, Germany.

Moeler, 2010. External Protozoan Diseases of Fish.http://www.cichlid-forum.com/index.php

Widyastuti, R. 2002. Materi Pokok Parasitologi 1-9. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta.